Harus kita akui, bagi banyak orang, gadget bukan lagi sekedar sebuah alat untuk berkomunikasi. Gadget telah menjadi sebuah benda yang menciptakan candu untuk pemiliknya. Kita seperti diperbudak karena waktu berjam- jam kita habiskan untuk menikmati layar gadget. Entah itu untuk membaca, menikmati jejaring sosial dan masih banyak lagi.
Tidak jarang, gadget mengalihkan perhatian kita saat sedang menikmati waktu bersama teman dan keluarga. Alih- alih menikmati obrolan seru, kita sibuk cek sana cek sini di layar gadget kita. Obrolan bersama teman dan keluarga pun menjadi sekedarnya saja. Kita lupa bahwa mereka yang ada di depan kita lebih membutuhkan perhatian kita daripada mereka yang terhubung di jejaring sosial gadget Anda.
Di dalam keluarga, tidak jarang kesibukan bersama gadget dibarengi dengan sikap mengabaikan istri dan anak. Usia sibuk bekerja di luar seharian, suami masih sibuk dengan gadget. Tanpa disadari, ia pun menjauhkan diri dari keluarga secara emosional. Saat kesadaran mulai muncul, tidak sadar, anak- anak telah tumbuh dewasa dan tidak lagi menawarkan kehangatan seperti dulu. Sebuah kerugian? Tentu saja.
Berikut ini adalah sebuah surat pembaca yang memberi peringatan kepada para suami yang selalu sibuk dengan gadget hingga mengacuhkan anak dan istri.
Satu menit, hanya satu menit, atau malah kurang. Untuk ketinggalan momen berharga bersama yang baru saja terjadi bersama istri dan anakmu.
Lihat, anak balitamu sedang belajar memakai sedotan! Aku melihat semuanya. Istrimu yang cantik sedang menyesap minumannya, dan putramu mencoba meniru gerakan ibunya namun tak berhasil. Ketika air soda meledak di mulutnya, dia tertawa dan bangga akan pencapaiannya tersebut.
Namun kau melewatkan semuanya.
Suami sibuk dengan gadget, begitupula istri. Membuat anak merasa diabaikan.
Aku yang merupakan orang asing, malah ikut menyemangati dari seberang ruangan. Dan kau tak menyadarinya, karena kau terlalu fokus pada ponselmu
Aku tidak sedang menghakimi. Mungkin kau menerima email tentang pekerjaan, atau level terbaru permainan Clash of Clans favoritmu. Apapun itu, aku tidak akan menaikkan alis padamu, tapi aku merasa sedih untukmu.
Berapa banyak milestones yang kau lewatkan? Seberapa sering putramu menatap meminta persetujuan darimu, namun tak ia dapatkan?
Seberapa sering istrimu harus mengulang pertanyaannya, karena kau tak memperhatikan ucapannya? Seberapa banyak makan malam yang khusus disediakan untukmu menjadi dingin tak tersentuh ?
Semua momen yang kau lewatkan itu, mengurangi kebahagiaan di dalam keluargamu.
Aku tidak mengenalmu, namun aku ingin kau tahu bahwa hubungan dekatmu dengan ponsel itu, sudah menyakiti hubunganmu dengan anak dan istrimu.
Suami sibuk dengan gadget menjauhkan ia dari keluarga, mengurangi kebahagiaan yang seharusnya ia bagi bersama istri dan anaknya.
Aku ingin kau tahu, istri dan anakmu membutuhkan perhatianmu. Letakkanlah ponselmu, tataplah mereka, bicaralah dengan mereka. Peluk mereka, dan berbagi tawa dengan mereka.
Ketika istrimu meminta agar dia punya me-time dan bukannya minta gadget baru, itu bukan omelan atau sedang berusaha membuatmu merasa bersalah.
Itu adalah bentuk teriakannya untuk minta tolong. Dia butuh suaminya kembali, memberi perhatian tanpa gadget yang menghalagi.
Status terbaru di beranda Facebookmu bisa menunggu. Daripada melihat semua kenangan yang dibagikan teman Facebookmu, lebih baik membuat kenangan dengan pasangan hidupmu.
Level di game terbaru bisa menunggu. Mungkin kau akan kalah satu ronde, tapi kau akan memenangkan kebanggaan dari anakmu.
Bahkan, email dari bosmu juga bisa menunggu. Bukankah semua pekerjaan yang kau lakukan adalah untuk keluargamu? Lalu untuk apa bekerja setengah mati jika itu menjauhkanmu dari anak dan istri yang mendamba perhatianmu?
Kau tahu apa yang kau lewatkan karena terus membuat mereka menunggu?
Satu kehidupan. Satu kesempatan yang kita miliki di bumi, untuk menghabiskan waktu bersama orang-orang yang kita cintai. Satu kesempatan saat kau menjadi seorang suami dan seorang ayah.
Sesekali, lepaskan dirimu dari dunia maya dan hadirlah di dunia nyata. Di mana istri dan anakmu menyesap soda dingin, dan belajar lagu baru setiap hari.
Sebelum ini terjadi, tidak ada salahnya jika Bunda selalu mengingatkan para ayah agar tidak sibuk terus menerus dengan gadgetnya. Jika gadget sudah menjadi candu, maka momen bersama keluarga hilang sudah.
Hal yang sama juga berlaku untuk para Bunda jika selama ini sibuk memainkan gadget dan cenderung menomorduakan keluarga tanpa disadari. Jadikanlah keluarga sebagai prioritas utama. Ingat juga bahwa masa kecil anak kita hanya sekali, dan takkan pernah terulang lagi. Ayah Bunda tak bisa membeli masa kecil mereka kembali ketika menyadari sebagian besar waktu kita justru habis untuk pekerjaan dan gadget.
Referensi : theAsianparent Filipina