SPIRITUAL INGENIUS : Orang Tuan Sebagai King Maker
Bimbeltikitaka.com – Hampir semua nabi dikader untuk menjadi pemimpin. Ibrahim as adalah putra seorang petinggi. Ayahnya mendidiknya dari kecil untuk menjadi seorang pemimpin besar. Walaupun akhirnya Ibrahim bertentangan prinsip dengan ayahnya.
Nabi Muhammad juga demikian. Sejak kecil beliau sudah yatim piatu. Ia diasuh oleh pamannya, bibinya, sampai kakeknya. Mereka yang mendidik nabi adalah tokoh-tokoh hebat.
Muhammad memang telah disiapkan untuk menjadi pemimpin manusia di masa depan.
Ini adalah sejarah. Sejarah masa kejayaan Islam.
Bila kita kembali pada kehidupan kita saat ini, apa yang telah kita persiapkan untuk anak-anak kita?
Rencana apa yang akan kita persiapkan untuk hidup mereka di masa depan?
Kita adalah “king maker” untuk anak-anak kita. Sebagai orang tua, kita punya tugas yang sangat penting. Yakni, mempersiapkan kader-kader untuk menjadi pemimpin bangsa.
Jangan meremehkan kehadiran anak kita di dunia ini.
Siapa yang menyangka Musa, seorang anak yang ditemukan hanyut di sungai menjadi seorang nabi? Siapa yang menyangka Isa lahir tanpa seorang ayah menjadi seorang nabi? Siapa yang menyangka Yusuf yang sempat menjadi budak menjadi seorang nabi?
Lalu, kenapa kita tidak yakin pada anak kita sendiri? Anak yang kita lahirkan hasil hubungan yang baik, darah daging kita sendiri?
Kenapa kita tidak yakin pada takdir, serta Kodrat dan Irodhat-Nya yang telah ditetapkan pada masing-masing anak kita?
Bahwa mempersiapkan kader-kader pemimpin yang berkualitas adalah tugas kita.
Jangan biarkan mereka berkembang menjadi apa adanya.
Di beberapa negara Eropa pengkaderan ini telah mereka lakukan. Mereka berusaha untuk “mendesain” hidup anak-anak mereka.
Anak-anak di Cina dan Jepang dari kecil, mereka telah “digodok” untuk menjadi manusia yang tangguh di masa depan. Di negeri mereka, anak usia dini sudah dikader untuk menjadi atlit, guru pengajar, dokter, pengusaha, ahli IPTEK, ahli bisnis dan lain-lain sebagainya.
Pengkaderan itu mereka lakukan agar anak mereka punya masa depan yang jelas.
Kita sebagai umat Islam dari dahulu telah diajarkan bagaimana cara mendidik anak. Keberhasilan seorang anak tidak lepas dari peran orang tuanya.
Usia 0-7 tahun kita diajarkan oleh Rasulullah mendidik anak sambil bermain.
Usia 7-14 tahun anak mulai dikader. Diajarkan disiplin ilmu dan perilaku.
Usia 14- remaja. Masa perkembangan. Perencanaan masa depan anak mulai diterapkan.
Bila membiarkan anak tumbuh dan berkembang tanpa peran didik orang tua dikhawatirkan mereka akan memilih jalan yang salah.
Karena faktor pergaulan dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses perkembangan daya pikir anak-anak.
Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka”. (QS. At-Tahrim 66: Ayat 6)
Surah At-Tahrim ayat 66 ini, merupakan anjuran atau perintah dari Allah SWT yang sangat universal. Perintah untuk “peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka” ini bagian dari peringatan.
Ada kata perintah dan ada kalimat peringatan.
Sebagai orang yang beragama kita tidak bisa hidup tanpa hubungan sosial yang baik. Kita terikat pada sebuah sistem kehidupan “hablum minanas”. Hubungan baik antara sesama.
Dan, hubungan ini tidak terbatas pada tolong menolong saja, tetapi juga lebih dari itu, terikatnya hubungan batin antara saudara seiman.
Ikatan batin ini seharusnya lebih kuat lagi terhadap anak-anak kita. Jangan sampai sikap kita dengan anak sendiri seperti dengan orang lain.
Ini salah besar.
Mulai saat ini berpikirlah untuk mulai membentuk manusia-manusia berkualitas di masa depan. Bentuklah pribadi anak-anak kita sehebat mungkin. Kalau bukan kita sebagai orang tuanya, siapa lagi yang bisa memberikan pendidikan buat mereka.
Jadikan diri kita sebagai orang tua, guru, dan teman yang baik buat anak-anak kita.
Masa depan mereka ada di tangan kita. Jangan sampai mereka merasa asing di rumah sendiri.
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Begitu kata pepatah.
Anak merupakan replikat orang tua.
Keberhasilan seorang anak dipengaruhi kepemimpinan dari orang tua.
Kebaikan seorang anak dipengaruhi oleh prilaku orang tua.
Kita adalah king Maker.
Bentuklah karakter mereka seperti seorang raja.
Buatlah opini publik bahwa anak kita adalah yang terbaik.
Ingat membentuk karakter anak itu penting. Bukan memaksakan karakter. Tetapi, membentuk karakter. Memaksakan karakter bukan hal baik. Karena masing-masing anak memiliki tingkat kecerdasan dan karakter yang berbeda.
Untuk itu sebagai orang tua saatnya kita membentuk karakter yang kuat bagi anak-anak kita. Karakter yang kuat yang dilandasi oleh iman kepada Allah SWT.
Bahwa beriman merupakan poin terpenting dalam membentuk karakter seorang anak.
Salam bahagia.