Matematika adalah salah satu pelajaran yang terkenal sedikit disukai oleh anak-anak di Indonesia. Menurut Guru Besar Matematika Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr. rer.nat. Widodo, M.S. ada alasan di balik hal tersebut.
Profesor Widodo mengatakan studi tahun 2010 pada seribu lebih sarjana matematika mengungkap bahwa setidaknya ada tiga alasan yang bisa menjelaskan mengapa matematika dianggap pelajaran ‘menakutkan’. Alasan pertama datang dari faktor buku teks, lalu kedua guru di sekolah, dan ketiga dari si anak sendiri.
Di Indonesia buku teks pelajaran matematika yang ada dinilai tampil kurang menarik dengan fisik yang tebal berisikan teori-teori. Seharusnya menurut Prof Widodo buku teks disajikan dengan konteks kehidupan sehari-hari agar seseorang terutama anak bisa merasa terlibat.
“Lihat di toko, buku matematika manapun tidak banyak yang punya konteks. Langsung teori limit langsung integral apa menariknya? Matematika jadi terasa abstrak,” kata Prof Widodo
Kedua adalah faktor guru. Menurut studi yang sama hanya sekitar 11 perse guru di Indonesia yang memang memiliki kompetensi dan keterampilan baik untuk mengajar matematika. Artinya sebagian besar anak diajarkan oleh seseorang yang sebetulnya tidak mengerti atau kesulitan membuat matematika sebagai sesuatu yang menarik.
“Ketika murid bertanya sesuatu yang abstrak gurunya tidak tahu terus marah. Gurunya itu tidak terbiasa menggunakan inovasi… Terus guru juga jarang senyum, jadi sudah pelajarannya sulit, nggak menarik lagi,” lanjut Prof Widodo.
Faktor terakhir adalah asumsi bahwa matematika itu sulit dari si anak sendiri. Matematika sudah telanjur dianggap sebagai sesuatu yang susah sehingga tertanam dalam pada anak membuatnya malas untuk belajar.
“Dari zaman Belanda dulu, dari embahnya mengatakan kepada si ibu kalau ‘matematika itu sulit lho’ terus ke anaknya. Kalau dari pikiran udah dianggap sulit ya jadi sulit,” pungkas Prof Widodo