Ternyata : Hanya sedikit dari jumlah siswa tingkat SD kelas 4, 5 dan 6 yang lancar berhitung. Dan mereka yang sedikit ini dianggap sebagai anak pintar di kelas nya yg umumnya berada di peringkat teratas pada setiap menerima raport. Ini terjadi dikarenakan pada saat usia dini mereka belajar berhitung, anak anak tsb lebih lambat dlm mengingat angka dari temannya yg memiliki “mental aritmatika” (kemampuan mengingat angka) nya yang cepat.. Bukannya tidak bisa hanya saja mungkin si anak punya kemapuan dlm hal lain lebih cepat.
Karena Allah SWT menciptakan manusia berbeda2 agar bisa saling bekerjasama kelak..Anak dengan kemapuan mengingat angka yang kurang baik ini akhirnya sedikit terlambat belajar berhitung. Kemudian dengan lingkungan pendukungnya yg kurang baik. Si anak dibanding2kan dengan anak yg punya kemampuan “mental aritmatika” yg lebih baik, anak malah menjadi minder.. Karena pada dasarnya mereka belum belajar tentang menerima kekalahan.. Yang mereka tau harus menang.. harus dipuji..Setelah merasa kalah, si anak lalu malas belajar apalagi yang berhubungan dengan “ilmu hitung”.. Dan akhirnya si anak semakin tertinggal.. “Umum”nya diperburuk dari perlakuan keluarga yang mulai memberi cap “label” ke si anak : “Emang kamu susah klo hitung2an..”… Ada yang lebih parah lagi ” Kamu kok bodoh banget sih..?” Anak mulai mengangap dirinya adalah anak yang “bodoh”.
Dan adalah hal yang wajar klo dia ngga bisa hitung2an (pikir si anak )…Hal ini terus berlanjut ke usia SD kls 2, 3, 4 … dan akhirnya semakin tidak menguasai Matematika… Karena “ilmu Matematika” seperti rantai.. Jika dalam satu bagian tidak dikuasai maka untuk bagian bagian selanjutnya pun pasti makin tidak bisa dikuasai..
Dengan label “bodoh” itu pun akhirnya menjalar ke pelajaran lain anak berfikir ” wajar dong klo pelajaran lain pun aku ngga bisa..” (tambah gawat )… Padahal si anak klo main games di internet kok pinter banget ya? Itu membuktikan klo si anak ini sebenarnya “pintar”.. Dan tentunya si anak perlu aktualisasi diri melalui media yang dia bisa dianggap hebat.. Sayangnya itu bukan di pelajaran.. Si anak selanjutnya akan selalu menghindari pelajaran yg ada ilmu berhitungnya.
Di SMA dia ambil jurusan yg ngga pake hitung2an dan kuliah pun jangan sampe belajar yang yang ada ilmu hitung2nya… Padahal “ilmu hitung” pasti tdk bisa dipisahkan dari pelajaran apapun ( mau ekonomi, komunikasi, dll ).. Dan dalam kehidupan sehari2 kita akan selalu menemui “ilmu hitung”Jika kita mau menengok kebelakang pada dasarnya tidak ada anak bodoh.. “Semua Anak Pintar”… Akan tetapi ada beberapa siswa yang tidak mampu mengingat angka dengan cukup baik, dan mereka butuh cara berbeda untuk bisa melewati fase2 awal mereka belajar “ilmu hitung”… Karena “ilmu hitung” adalah pintu gerbang pelajaran Matematika.
Dan pada umumnya siswa yang baik pelajaran Matematika nya akan menjalar ke pelajaran lain juga ikut berprestasi.. Kenapa ? “label” atau cap dari lingkungannya yang menganggap anak ini pintar, maka muncul semangat untuk membuktikan ke pintarannya.Metode berhitung yang selama ini kita ketahui secara konservatif memang mudah dicerna dengan anak yang memiliki kemampuan “mental aritmatika” yang cukup baik.. Tapi buat yang agak sulit dalam mengingat angka, ada metode yang lebih mudah..